Sabtu, 30 Juni 2012

Yahoo Akan Tutup Jejaring Sosial Koprol

  Yahoo secara resmi mengumumkan akan menutup jejaring sosial buatan anak bangsa, Koprol. Namun, Yahoo baru akan menutup Koprol dalam beberapa bulan ke depan.Setelah melakukan kajian pada portofolio Koprol, Yahoo memutuskan untuk memberhentikan produk tersebut terhitung 28 Agustus 2012. Yahoo beralasan, penutupan Koprol dilakukan dengan pertimbangan Yahoo ingin fokus melakukan inovasi secara cepat dengan produk dan properti utamanya. 
  Yahoo pun mengatakan akan memberitahukan mengenai rencana penutupan ini kepada pengguna Koprol, dan (memberitahu) proses untuk mendapatkan data online mereka yang dimulai hari ini.
  Koprol mulai muncul di Indonesia sejak awal 2009,Koprol merupakan layanan berbasis lokasi, yang memungkinkan penggunanya untuk mengetahui lokasi anggota Koprol lain. Selain itu, layanan ini juga memungkinkan untuk berbagi foto, diskusi, meresensi tempat-tempat, atau melakukan check in di suatu lokasi.
  Yahoo mengakuisisi Koprol pada 25 Mei 2010. Dalam akuisisi ini, Yahoo melakukan total buy out sehingga seluruh aset teknologi serta 11 orang karyawan Koprol, termasuk para pendirinya menjadi karyawan Yahoo. Yahoo dan Koprol tidak mau menyebutkan nilai akuisisi.


sumber: vivanews

Minggu, 17 Juni 2012





Tentu Anda pernah mengalami kelambatan atau bahkan gagal dalam mengakses situs web. Tampilan di mesin peramban pada layar komputer, ponsel cerdas, atau komputer tablet Anda terus-menerus menunjukkan ikon loading yang berputar-putar. Ini tandanya perangkat Anda sedang berusaha memuat konten yang hendak disajikan.

Setelah ditunggu beberapa detik, ikon loading masih terus berputar sampai akhirnya berhenti dan muncul keterangan »time-out”. Artinya, waktu yang dibutuhkan untuk mengakses halaman website sudah melampaui tenggat, sehingga proses loading terpaksa dihentikan.
Jika ini terjadi, kira-kira di mana letak penyebab kelambatan atau kegagalan saat hendak mengunjungi situs tertentu?
Regional Director Compuware untuk wilayah Asia Tenggara, Koh Eng Kiong, mengatakan ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan masalah ini. "Penyakit" itu bisa berasal dari mesin peramban (browser), jaringan Internet, konten atau aplikasi yang hendak dibuka, database, atau server.
»Tidak semua kelambanan dalam mengakses web dipicu dari infrastruktur teknologi informasi,” kata Kiong di Jakarta, Jumat, 8 Juni 2012.
Chief Representative Compuware Indonesia, Dimas Widiaksono, menuturkan beberapa waktu lalu ia pernah gagal mengakses situs salah satu bank swasta di Tanah Air karena salah menggunakan mesin peramban. »Ternyata layanan Internet Banking-nya hanya bisa dijangkau dengan browser Internet Explorer,” ujar dia.
Kelambanan atau kegagalan akses ke situs web, menurut Dimas, juga bisa dipicu lemahnya koneksi jaringan dari penyedia layanan Internet (Internet Service Provider/ISP) atau beratnya bobot aplikasi yang akan dibuka.
Berapa lama "penyakit" di jaringan ini bisa dideteksi? Kiong menjawab, »Bisa sampai 4 sampai 7 hari tergantung pada rumit-tidaknya sistem teknologi informasi yang diterapkan.”
Untuk memangkas waktu dan deteksi masalah lebih tepat, Kiong menawarkan solusi Compuware Application Performance Management (APM). »Platform mampu mendeteksi di titik mana penyebab kelambanan atau kegagalan akses terjadi dalam hitungan jam,” ujarnya.
Dimas menuturkan biasanya diagnosis atas suatu masalah dalam sistem teknologi informasi dimulai dari data center kemudian barulah masuk ke penyedia jaringan Internet. »Kami membalik cara kerja ini,” katanya.
Compuware APM bekerja dari sudut pandang end user atau konsumen. Maksudnya, kata Dimas, platform dapat menelisik "kesulitan" apa yang dialami konsumen kemudian mengidentifikasi masalahnya sampai ke pusat data.
Di Compuware APM, terdapat dua metode deteksi, yakni Gomez dan DynaTrace. Gomez adalah solusi yang diterapkan di dalam cloud dan biasanya dipakai untuk mengetahui waktu respons layanan website.
Sementara DynaTrace merupakan software on premis atau ditanamkan di data center. Peranti lunak ini, menurut Kiong, mampu mendeteksi sampai ke konten apa yang dibuka konsumen dan apakah mereka mengalami kesulitan dalam mengaksesnya.
»Jika ada masalah, software akan mengirimkan alert (peringatan) kepada teknisi dan memberi tahu di mana penyebabnya sampai ke tingkat script programming atau koding,” ujar Kiong.
Beberapa perusahaan di Tanah Air yang telah menggunakan solusi Compuware misalnya Bank Internasional Indonesia, Adira, dan Telkomsel. Adapun perusahaan multinasional yang juga memanfaatkan solusi serupa adalah Yahoo!, Facebook, Google, LinkedIn, dan lainnya.

SUMBER : TEMPO

Jumat, 27 April 2012

Ubah Facebook Serupa Pinterest

 
Wajah situs jejaring sosial populer ini dapat diubah dengan gaya Pinterest. Aplikasi Facebook terbaru, PinView dapat mengubah News Feed, Timeline, daftar teman, dan halaman multimedia menjadi panel kecil. Singkatnya, mirip galeri gambar pada Pinboard di Pinterest.Setelah Anda mengunduh aplikasi ini, PinView membuka News Feed Anda dalam format grid. Tombol pada bagian kanan atas dapat digunakan untuk melihat isi Timeline, profil teman, foto profil, foto, dan video.Para pengembang PinView berencana meningkatkan aplikasi ini dengan fitur baru, seperti menyimpan foto favorit.

PinView mirip dengan aplikasi yang dirilis pada Januari, Friendsheet. CEO Facebook, Mark Zuckerberg sudah membubuhkan jempol "Like" pada layanan ini pada Maret.
Banyak laman telah menggunakan format grid sebelumnya. Tapi, Pinterest telah sukses mengangkat gaya desain ini untuk bisa dinikmati banyak orang.
PinView kini masih dalam tahap Beta. Cari saja di Facebook dengan nama PinView atau langsung ke link PinView
 
 
sumber : vivanews.com